Pembangunan Karakter dan pembangunan Bangsa

Saat ini Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan serius seperti korupsi, perkelahian antar kampung, pelecehan dan kekerasan di kalangan anak dan remaja, terorisme, radikalisme dan pergesekan antar ummat beragam yang berujung pada tindak kekerasan.

Saya jadi teringat Soekarno presiden Republik Indonesia yang pertama pernah pidato di Sidang  Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dia menyatakan bahwa Indonesia yang semula bangsa yang pernah terjajah telah mampu menjadi bangsa yang merdeka dan mampu berdiri sama tegak dengan bangsa lain karena Indonesia telah mampu membangun karakter  manusia Indonesia sebagai bagian dari Pembangunan Nasional. Indonesia telah mampu menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika pada tahun 1955 juga mampu menjadi salah satu penggagas dan pendiri Gerakan Non Blok.

Semua ini karena bangsa Indonesia membangun karakter dirinya dari pengembangan pelajaran Budi Pekerti dari sekolah Dasar hingga menengah dan membangun kesadaran Bhineka Tunggal IKa.

Sekarang mengapa Indonesia menjadi seperti sekarang ini, karena Indonesia telah meninggalkan pelajaran Budi Pekerti sejak Orde Baru berkuasa dengan mengganti menjadi pelajaran agama dan Pancasila. Agama dan Pancasila tidak salah, namun metode pembelajaran dari dua materi tersebutlah yang salah. Agama diajarkan hanya sebagai pengetahuan bukan ajaran Budi Pekerti yang bisa dioperasionalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila dijadikan materi indoktrinasi dalam kehidupan bernegara, namun tidak mampu memberi arti bagi perilaku manusia Indonesia dalam kesehariannya. Justru yang terjadi adalah berkembangnya budaya hedonisme, pragmatisme da sekularisme yang semakin menonjol.

Dalam kurun waktu 30 tahun Indonesia mengejar ketertinggalan ekonomi dengan mengundang liberialisme dan neo liberalisme sebagai solusinya. yaitu membanjirnya modal asing yang kemudian menjadi agen modernisasi gaya Barat. Sementara secara politik pemerintahan Orde Baru membangun sistem politik represif dengan menggunakan Pancasila sebagai jargo da ideologi tunggal.

Sadar atau tidak yang terjadi sampai sekarang yang tumbuh dan berkembang dari individu dan bangsa ini adalah perilaku-perilaku distortif seperti keinginan untuk cepat kaya , cepat memperoleh kedudukan dan kekuasaan. perilaku ini tercermin dengan merebaknya ijazah palsu diberbagai tingkat jenjang pendidikan yang dilakukan oleh berbagai kalangan maqsyarakat. Untuk cepat memperoleh kekayaan dan kedudukan serta kekuasan pun kemudian tumbuh pesat budaya suap menyuap.

Ketika reformasi bergulir dan Orde Baru pun tumbang kondisi masyarakat kita ternyata tidak berubah signifika, namun justru korupsi skla besar, suap menyuap meluas diberbagai kalangan termasuk pemerintahan, legislatif mau pun eksekutif.

Susilo Bambang Yudoyono berkuasa selama 10 tahun berusaha keras mengatasi erbagai masalah ini denga berbagai car seperti perubahan kurikulum pembelajaran di sekolah dasar, menengah dan tinggi dan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi ternyata belum mampu juga memberantas perilaku-perilaku distortif seperti disebut di atas.

Kini Joko Widodo terpilih menjadi presiden..banyak harapan muncul dengan slogan Revolusi Mental dan Program Nawa Cita indonesia akan mampu berkembang menjadi bangsa yang kuat dan berbartabat sehingga menjadi Indonesia Hebat.

Pertanyaan mendasar yang muncul di benak ini, mampukah Jokowidodo dan JUsuf Kalla mampu membongkar semua keburukan yang saat ini sedang dialami oleh bangsa ini? Jawabannya bervariasi mulai dari yang pesimistis sampai yang berkeyakinan optimistis. Mereka yang pesimis menganggap JOkowi dari segipengalaman jauh dibanding dari pendahulunya. Sementara yang optimis melihat dukungan rakyat memberi energi besar bagi Joko Widodo untuk mampu mengubah bangsa ini ke arah yanhg lebih maju dan bermartabat.

Kunci utama sebagai modalitas untuk itu adalah Pembangunan Karakter dan pembangunan Kebangsaan harus menjadi pedoman dan prinsip dasar. Revolusi Mental yang digagas JOko Widodo akan berhasil apabila komponen bangsa ini sepakat untuk secara konsisten mau menjalankan Revolusi Mental ini.KUrikulum Pendididakn Dasar dan Menegah tahun 2013 sampai saat ini malah menjadi kontroversi. Oleh karena itu soal ini bisa menjadi entri point awal buat presiden. Kita akan lihat nanti siapa Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang ditunjuk oleh Joko Widodo. Syarat mutlak Menteri ini harus memiliki karakter kuat dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Keberanian untuk menyempurnakan dan mengubah kurikulum 2013 ini hanya akan dapat dilakukan oleh Menteri yang punya karakter kuatdan visi kebangsaan yang kuat pula. 

Pembangunan karakter bangsa macam apa yang perlu dikembangkan dan ditumbuhkan oleh pemerintahan baru ini? Pertama pendidikan Budi Pekerti harus masuk dalam kurikulum secara lebih tegas dan operasionalisasinya harus jelas. Budi Pekerti mengajarkan soal kesantunan. kejujuran , disiplin kerja, perasaan empati terhadap orang lain dalam bingkai bangsa yang multi kultural dan tentu saja juga wasana kebangsaan yang sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. MOdel-model pembelajaran dan pendidikan yang pernah dilakukan selama ini terbukti telah gagal menciptakan generasi anak Indonesia yang ulet, pejuang, jujur dan punya perasan nasionalisme yang baik.

Oleh karena itu pemerintah baru perlu mencari terobosan baru dengan metode dan model yang mampu mengoperasionalkan konsep Character Building and Nation Building yang nantinya menghasilkan generasi baru hasil didikan dari Revolusi Mental yang digagas pemerintahan baru ini. Semoga seluruh elemen bangsa ini seia dan sekata demi terwujudnya Bangsa Indonesia yang KUat dan Bermartabat.

0 komentar:

Posting Komentar