Kabinet Kerja

Akhirnya jam 17.15an  hari MInggu tanggal 26 Oktober 2014 Joko Widodo mengumumkan susunan kabinetnya dan dia memberi nama Kabinet Kerja. Kabinet ini terdiri atas 34 Menteri yang terdiri atas orang-orang Profesional dan orang-orang dari Partai Politik. Dari 34 Menteri ada 8 perempuan yang dipercaya oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla menduduki posis Menteri. Berarti hampir 25 % perempuan masuk ke dalam jajaran Kabinet Kerja. Ini menunjukkan bahwa presiden percaya para perempuan ini mampu menjadi motor dari kerja..kerja..kerja yang dikatakan berkalikali oleh Joko Widodo.

Perempuan-perempuan tersebut ada yang hanya lulus SMP, tapi juga ada yang menempuh pendidikan sampai S3. Joko Widodo membuktikan pada publik bahwa dia memilih orang bukan karena prestasi belajarnya, namun yang dia pertimbangkan adalah prestasi kerja yang selama ini telah diraih oleh para perempuan tersebut. Meskipun ada yang meragukan tolak ukur tersebut, seperti misal Puan Maharani bisa terpilih karena dia anak Megawati yang menjadi ibu ideologisnya Joko Widodo. Waktulah nanti yang akan membuktikan.

Kerja memberi asosiasi kepada kita bahwa orang yang bekerja itu dalam mempergunakan waktunya dipergunakan secara serius, terarah dan mampu memenuhi target tertentu yang digariskan oleh dirinya atau manajemen tempat dia bekerja. Ukuran keberhasilan seseorang dalam bekerja antara lain dia dianggap berhasil kalau proses bekerjanya efisien dan hasil kerjanya efektif. oleh karena itu dalam menilai proses bekerja pasti menganut sistem yang digariskan sejak perencanaan sampai kemudian menghasilkan out put dan out come. Sementara hasil kerja dilihat pada hasil yang diperoleh secara tangibel dan intangibel.

Kabinet ini baru mau dilantik hari ini, sehingga menilai proses dan hasil kerja para Menteri sekarang merupakan hal yang tidak adil. Prestasi kerja mereka baru bisa dinilai setelah mereka dilantik. Akan tetapi ada prinsip-prinsip yang saya kira layak untuk dicermati dalam menilai proses dan hasil kerja para Menteri ini. Pertama begitu dilantik publik harus tahu blue print apa yang disodorkan para Menteri tersebut kepada Presidennya. Publik bisa menilai dengan membandingkan Program Nawa Cita Presiden dengan blue print Menteri yang bersangkutan. Kedua, publik bisa melihat sepak terjang dan cara kerja para Menteri tersebut selepas dilantik. Ketika dia diumumkan menjadi Menteri sebagian besar Menteri tersebut datang di halaman Istana Negara dengan berlari kecil atau jalan cepat. Ini bisa dibaca sebagai simbol ada keinginan besar dari presiden untuk segera bekerja keras melaksakan program-program yang akan dan telah diluncurkan. Ketiga, publik akan bisa memperkirakan kinerja para Menteri itu dalam berapa lama dia melakukan penunjukan pejabat-pejabat penting yang akan membantu pekerjaan para Menteri tersebut. Artinya kecepatan menata jajaran birokrasi bisa menjadi indikator Menteri tersebut mampu bekerja keras atau tidak. Keempat, publik bisa melihat dinamika yang terjadi di Kementrian tersebt setelah pelantikan para pejabat strategisnya. Adakah respon positif atau negatif yang terjadi ketika seseorang dilantik menjadi pejabat.Kementrian. Kelima , ke4dekatan Menteri tersebut dengan media mau pun masyarakat juga bisa digunakan sebagai indikator kinerja para Menteri. keenam, suara yang ada di Parleman, KPK dan PPATK juga bisa jadi indikator penilaian kinerja seorang Menteri. Ketujuh, suara yang ada di opini publik juga salah satu ukuran keberhasilan Menteri tersebut bekerja dengan baik secara proses mau pun hasilnya.

Marilah kita sambut dan ucapkan terima kasih pada para Menteri yang telah berani mengambil resiko menjalankan amanah yang ditugaskan oleh konstitusi dan aturan perundang-undangan yang berlaku.Semoga mereka amanah dan tak tergiur dengan godaan yang dapat membuat mereka mementingkan diri sendiri dan kelompoknya atau dalam bahasa hukummemperkaya diri sendiri atau orang lain. Selamat bekerja Kabinet Kerja dan kami menunggu anda untuk mengejar Indonesia Hebat dan Bermartabat.

                                                                                           Purworejo, 27 Oktober 2014

0 komentar:

Posting Komentar